
Matahari
mulai menampakan keelokannya dipagi ini tepatnya, di pinggiran
Kabupaten Cirebon. walaupun masih malu-malu tapi sinar inilah menjadi
harapan bagi umat manusia yang hidup dibumi, terutama untuk kami warga
Perbatasan Cirebon dan Indramayu, Jalur Pantai Utara (Gerbang Utama)
ketiga dari salah satu dusun, dengan satu atap pedesaan yang sama dengan
desa-desa lainnya di

Cirebon
yaitu Desa Jatianom, dengan 3 Blok Dusun atau Kampung Terbesar yaitu
Blok Lempong, Blok Wanakajir, dan satu lagi Blok Kalen Tanjung ini
merupakan salah satu Blok/Dusun/Kampung yang berada dipinggiran
kabupaten cirebon ini yang berbatasan langsung dengan Indramayu, dengan
kata lain kamilah yang berada dipinggir atau Pojok Cirebon.

Lempong
sebuah Blok/Dusun yang sekarang-sekarang terus mengalami perubahan dari
segi bangunan, akhlak dan mental pada masyarakatnya, sebagian besar
bangunannya dibangun dari hasil jerih payah para pemuda-pemudinya dari
usaha bekerja di Luar Negeri dengan mengandalkan ilmu seadanya dan
seminimalnya mereka memberanikian diri untuk bekerja di negeri sebrang,
semakin lama di masyarakat disini sedang mengalami penurunan akhlak dan
mental yang semakin terus-menerus terjadi seiring dengan perkembangan
zaman yang tidak dipilih-pilih lagi, bebasnya pergaulan, akses internet
yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, mudahnya membeli miras di
warung-warung atau tokoh-tokoh, minimalnya minat untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan, membuat masyarakat disini semakin terlena saja,
mereka makin jauh dari arti nama desanya sendiri. Namun dibalik semua
itu, Alhamdullilah, masih ada segelintir orang yang mau merubah desa
tercinta nya menjadi sebuah kampung yang lebih baik lagi dari
serbelumnya walaupun berat terasa berbeda dengan mereka.

Lempong menurut cerita dari turun temurun : Lempong atau dulu dikenal dengan nama
Lempeng(Lurus) merupakan salah satu nama pemberian dari seorang pendiri
Caruban / Cirebon / Grage
yaitu sinuhun Ki Kuwu Cirebon. Dahulu beliau pernah melintasi daerah
hutan belantara yang menjadi kampung hunian ini,sinuhun Ki Kuwu Cirebon
melintasi kampung ini sehabis pulang dari tanah suci dengan kendaraan
yang beliau naiki, tanpa sadar salah satu barang yang beliau miliki
terjatuh dikampung ini (selendang/slempang) namun tidak ada satupun
seseorang yang berani mengambil barang beliau yang jatuh itu, beliau
sangat heran dengan tabiat penduduk yang masih sangat polos ini,
kejadian ini membuat beliau merasa heran dan beliau mulai menanyakan
pada salah satu penduduk desa ini, yang konon bernama Ki Shina, beliau
menjawab bahwa “
itu bukan merupakan barang yang kami punya, tidak ada hak, kami negambil barang yang tidak punya hak kami”,
tertegunlah Ki Kuwu Cirebon sehabis mendengarkan penuturan penduduk
daerah ini, dan kemudian beliau seraya berucap, kalau nanti suatu saat
hutan/alas ini menjadi sebuah dusun atau perkampung, akan dinamakan
dengan dusun
“Lempeng/Lurus” karena sifat dasar dari penduduk
asli ini dengan selalu jujur dan tidak pernah mengambil barang yang
tidak menjadi miliknya.Cerita yang turun-temurun inipun sampai sekarang
masih diyakini, namun hanya sedikit saja orang yang tau akan cerita
ini, dikarenakan mulai banyak pendatang yang ingin menetap tinggal
disini, tidak adanya sumber yang jelas membuat saya ingin sekali
mengungkap kebenaran ini, hanya ada satu-satunya yang diyakini oleh
masyarakat sini adalah adanya makam Nyai Shina yang masih terjaga dari
dulu sampai sekarang yang berada di tengah-tengah kampung terinta ini.

Kampung
yang strategis diantara hamparan sawah-sawah yang membentang dari timur
ke barat, utara sampai ke selatan membuat semakin nyaman saja mata
memandang kalau sudah berada kampung kelahiran saya ini, pepohonan yang
masih terjaga kerimbunannya, binatang-binatang ternak yang bertebaran
dimana-mana kambing, ayam, bebek, angsa semakin menambah asrinya alam
dikampung yang satu ini ditambah lagi akan heningnya kehidupan disini
jika malam akan menjelang suasana udara yang masih segar dan terjaga
keasrianya pastinya menambah keinginan pulang saja kalau sudah berada
jauh dengan tanah kelahiran.

Sifat
Ramah dan Mengutamakan Gotong Royong, walaupun sekarang jarang sekali
ditemukan penduduk asli dari kampung ini tidak menyurutkan akan adanya
tabiat mereka yaitu semangat gotong royong dan saling membantu dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh tetangganya maupun
masyarakatnya, misalnya pembangunan rumah, membuat jalan di kampung
hingga kesawah, pernikahan, khithanan, thalilan, bahkan pembuatan
kandang kambing sekali pun mereka tidak canggung untuk saling membantu
satu sama lainnya, namun dibalik itu sebenarnya ada ego yang terpendam
dalam diri mereka masing-masing yang menganggap bahwa mereka paling
benar, menurut mereka sendiri dengan jalan pemikiran yang mereka tempuh
sendiri.

Kampung
Luar Negeri, yah itulah yang pantas untuk julukan kampung yang selama
ini menjadi tempat untuk mencari nafkah dan menghidupi berbagai
keperluan serta kebutuhan kehidupan kami, bangunannya yang kokoh dan
mewah merupakan ciri lain dari kampung yang saya cintai ini, kendaraan
bermotor terbaru yang selalu lalu lalang pastinya merupakan pendukung
bahwa dikampung kami kehidupan serba kecukupan, yah lebih dari cukup
untuk makan saja mah, bukan suasananya yang seperti paris atau inggris,
tapi sebagian besar para pemuda-pemudinya merupakan pekerja yang bekerja
di Luar Negeri yang hasil jerih payah mereka dibelikan untuk
pembangunan rumah, ladang, sawah kendaraan bermotor dan sebagainya,
sedangkan para orang tua mereka bekerja sebagai para petani dan peternak
kambing maupun bebek, ayam, ikan dan sebagainya.
Maklum saja, tidak ada kesadaran yang benar-benar tinggi untuk
meneruskan anak-anaknya untuk meneruskan kejenjang sekolah yang lebih
tinggi lagi, sekolah yang sudah dijamin gratis saja masih berat mereka
untuk melanjutkan anak-anak mereka, apa lagi untuk sampai ke universitas
atau sampai ke perguruan tinggi, jangankan kuliah keluar daerah, di
Cirebon sendiri bisa dihitung dengan jari tangan saja yang melanjutkan
bisa sampai ke perguruan tinggi. Entah apa dibenak mereka, untuk modal
bertani yang sampai mengeluarkan puluhan juta bahkan sampai ratusan juta
saja mereka sanggup dan bisa, dengan balik modal balik ketika mereka
menuai padi tidak sesuai dengan yang dimodalkan, mereka santai-santai
saja, tapi untuk dunia pendidikan apa?, berat terasa walau mengeluarkan
satu rupiah saja.

Hanya
jadi pengangguran, itulah yang ada selama ini dibenak mereka, sekolah
tinggi-tinggi buat apa?, toh sekarang-sekarang banyak yang menganggur
juga, banyak yang jadi petani juga, mending sekalian saja jadi petani
dan modalnya buat sawah saja, toh akan lebih berguna, nah inilah dasar
pemikiran mereka yang sangat susah untuk dihilangkan sampai sekarang
ini. Cukuplah bangunan mereka yang bagus dan mengkilat, kendaraaan yang
serba baru ada, walau kenyataannya kendaraan baru yang mereka punya
hanya untuk menganggut hasil padi, rumput, atau mengankut hasil sayuran
lainnya yang berjejer di tengah-tengah sawah.
Inilah yang menjadi semangat saya untuk mematahkan prinsip mereka yang
selama ini mereka pegang, tidak ada salahnya untuk mencoba anak-anak
mereka untuk mendalami dan merasakan bagaimana mejadi pribadi yang lebih
baik, dengan mereka dikuliahkan atau disekolahkan, walaupun nanti juga
ada yang menjadi petani lagi, toh pastilah mereka akan menjadi petani
yang baik, dan mempunyai wawasan yang luas tentang dunia petani yang
nantinya mereka pilih nanti, jadi petani atau jadi yang lainnya tidak
jadi masalah selama ada di jalan yang benar. Setuju..!
Tidak ada yang salah dan yang benar. Toh, sekolah atau untuk dikuliahkan
bukan saja bertujuan agar si anak jadi pinter dan pandai saja, tapi
agar bisa memahami bahwa mereka bisa hidup di dunia ini hanya sementara,
bagai musyafir yang singga di negeri lain, dan pada akhirnya kembali ke
negeri asalnya, sama halnya dengan kita, akan kembali ke kampung kita
yaitu akherat, di dunia hanya untuk mencari bekal saja untuk pulang di
kehidupan yang kekal nantinya, so semangat untuk saja untuk mencari
keridhoannya saja dalam segala kegiatan yang kita lakukan sehari – hari.
Sekian sekilas tentang daerah kelahiran saya yang mungkin sama yang
mewakili dari daerah-daerah yang lain di kabupaten cirebon maupun di
daerah lainnya.
Mantap ang... Selamat berkarya ria sebagai Blogger
ReplyDeleteSalam cah X-wedi.
:) ;)
Alhamdulillah, mksih udh mampir kang,,,
ReplyDeletejgn lupa kasih saran2 jg ya kang.
Mantap kang coba buat desa kalimati ( wargabinangun ) sy reques ang
ReplyDeleteIya kang, insya Allah ... Sya pertimbangkan dlu kang, smbil meneliti sejarah desa kalimati, nanti jgn lupa kritik dan saran ya.. Mksh sdh mampir di Mbah Kersem 😉
Delete